Testimoni MTA
Keberadaan ajaran Majelis Tafsir Alqur’an (MTA) yang mulai berkembang di bumi Indonesia, ternyata ada pendapat miring oleh sebagian masyarakat. Kamis (31/05), ratusan warga Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Dolopo Madiun merasa terusik atas ajaran yang disebarkan kelompok warga setempat (anggota MTA) dengan melakukan aksi protes damai keliling kampung.
Sebuah aksi demo yang merupakan aksi demo yang sejatinya tidak perlu dilakukan oleh masyarakat Indonesia, karena bagaimanapun juga negara Indonesia adalah negara demokratis yang menghormati segala aspek perbedaan. Perbedaan pemahaman antara warga MTA dengan masyarakat setempat sehendaknya tidak perlu diperuncing. Karena bagaimanapun juga budaya orang Timur adalah budaya orang yang mau menghormati sesama dan sekitar.
Ketua Seksi Kepemudaan Kelurahan Bangunsari, Manu, selaku juru orasi menegaskan bahwa apa yang diajarkan kelompok yang tergabung dalam Majelis Tafsir Alqur’an (MTA) sudah keluar dari jalur Aqidah Agama Islam. Pihaknya menilai, MTA telah mengharamkan dan melarang anggotanya untuk ikut selamatan.
“Agama manapun tidak ada yang mengharamkan orang kirim do’a (selamatan). Kita hidup bermasyarakat harus menjalin kebersamaan, anggota MTA tidak pernah mau datang bila diundang untuk selamatan. Di mana kebersamaan mereka,” ungkap Manu dalam orasinya.
Sebuah pernyataan yang aneh dari aksi demo diatas, mungkin memang terkesan Islami beradab tinggi, akan tetapi sejatinya mereka yang berdemonstrasi tidak memiliki dasar pemahaman yang kuat terkait apa yang mereka suarakan. Apabila ditanya, pasti akan bersumber dari ajaran nenek moyang mereka bukan bersumber dari warisan Nabi Muhammad saw.
Kalimat yang bercetak merah diatas bilamana dicermati sungguh aneh. Bagaimana tidak?? Yayasan MTA ini dalam kegiatan peresmian cabang-cabang MTA menghadirkan MUI (Majlis Ulama Indonesia) baik itu yang ditingkat pusat, provinsi maupun kota atau kabupaten. Sungguh kata bercetak tebal diatas merupakan tudingan yang tiada berdasar... Kalau Anda mendemo MTA berarti Anda harus mendemo pula MUI dimanapun MUI itu ada... :D
Kalimat yang bercetak merah diatas bilamana dicermati sungguh aneh. Bagaimana tidak?? Yayasan MTA ini dalam kegiatan peresmian cabang-cabang MTA menghadirkan MUI (Majlis Ulama Indonesia) baik itu yang ditingkat pusat, provinsi maupun kota atau kabupaten. Sungguh kata bercetak tebal diatas merupakan tudingan yang tiada berdasar... Kalau Anda mendemo MTA berarti Anda harus mendemo pula MUI dimanapun MUI itu ada... :D
Aksi protes sebagai wujud menentang keberadaan ajaran MTA di lingkungan kelurahan yang memiliki 6 dusun ini di bawah kawalan jajaran Polsek Dolopo. Manu dalam orasinya juga mengancam kelompok anggota MTA dilingkungannya bila masih menjalankan dan berdakwah dengan mendatangkan massa yang lebih besar. “Ini merupakan peringatan bahwa ajaran MTA ditolak oleh warga Kelurahan Bangunsari,” tegas Manu, yang didukung yel-yel penolakan oleh warga lainnya.
Hasil informasi yang didapat, ada 20 orang warga Kelurahan Bangunsari yang saat ini tergabung dalam kelompok dan menganut ajaran MTA. Selama dilakukan aksi protes, mereka yang merasa menjadi pengikut ajaran MTA memilih menutup pintu rapat-rapat. Dalam berdakwah, mereka mendatangi dari rumah ke rumah tetangga sekitar. (mit)
Sebenarnya, ajaran MTA itu seperti apa ya. Selengkapnya, klik di sini.
Miris melihat aksi demonstrasi tak beresensi diatas!!!
Astaghfirullah... :D
3 komentar:
mereka cm iri kpd mta.
Iya...
Maybe om
Hem,lha nek gk pengin masyarakat jadi kisruh ki,wong jamah Manut Tafsire Asukino nek ngaji yo ra sah ngelek -elek dn menghujat muslim di luar jamahnya to.Ngene bid'ah ngono bid'ah, gak enek tuntunane thethek mbengek,...lha wong jamah "manut Tafsire Asulino" ki po yo enek tuntutane to?Kanjeng Nabi po pernah mengadakan Tafsir AlQur'an neng Solo?
Posting Komentar